Jaman yang
semakin modern, hal itu menyebabkan dolanan anak kini mulai jarang ditemui di
masyarakat. Hal tersebut membuat keprihatinan oleh sebagian masyarakat untuk
kembali mencoba menghidupkan kembali dolanan anak yang sudah lama
hilang. Seperti yang dilakukan warga Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul,
mereka mencoba menghidupkan kembali dolanan anak yang sudah lama hilang.
Warga dusun
Pandes, Panggungharjo, Sewon Bantul punya cara unik untuk mengukuhkan desanya
sebagai desa wisata dengan kirab gunungan. Berbeda dengan gunungan yang berisi
sayuran, gunungan kali ini justru berisi mainan anak. Gunugan ini diarak oleh
anak anak dalam Festival Kampung Dolanan, pengukuhan Dusun Pandes sebagai Desa
wisata: Kampung Dolanan.
Pengukuhan
ini bukan tanpa alasan, Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon Bantul, Yogyakarta
sejak lama terkenal sebagai desa penghasil mainan anak. Sebagian besar warganya
memiliki keahlian membuat permainan tradisional, seperti othok-othok,
bedhil-bedhilan, egrang dan lain-lain. Namun seiring perkembangan jaman
keberadaan permainan tradisional mulai ditinggalkan karena tergeser oleh mainan
pabrikan. Otomatis profesi membuat permainan tradisional pun juga ditinggalkan
dan hanya tersisa sebagian kecil saja yang masih setia menggeluti kerajinan
ini.
Untuk
menghidupkan kembali keberadaan Desa Panggungharjo sebagai sentra permainan
tradisional, Komunitas Pojok Budaya bekerjasama dengan Kelompok Bermain Among
Siwi menyelenggarakan Festival Dolanan Anak selama tiga hari (29 November-01 Desember
2013). Festival ini sekaligus juga untuk mengukuhkan Desa Panggungharjo sebagai
Desawisata Dolanan Anak.
Aneka jenis
permainan tradisional dapat disaksikan di desawisata ini. Tak hanya sekedar
melihat tetapi anak-anak juga bisa langsung ikut bermain dolanan tradisional
yang mampu mengasah ketrampilan dan kesabaran.
Selain
menyuguhkan kirab dolanan anak, Festival dolanan anak juga menyajikan pentas
drama tradisional, liga pisang, tarian tradisional, tembang dolanan anak,
kreasi musik bambu dan upacara tradisional jawa tedhak siten.
“Dolanan
anak ini, kami dedikasikan buat anak cucu kita, agar jangan sampai punah,” kata
Wahyudi Anggoro Hadi, kepala Desa Panggungharjo Sewon Bantul, saat pembukaan
festival budaya kampung dolanan.
Wahyudi mengatakan dibukanya festival dolanan anak tersebut dalam rangka pelestarian nilai tradisi yang berada pada permainan anak, sekaligus ekperimen untuk mewujudkan wisata budaya, edukasi yang berguna bagi masyarakat.
“Saya berharap kampung dolanan anak ini bisa mewujudkan rumah bagi anak-anak, lingkungan, dan tentu ramah difabel,” katanya.
Festival dolanan anak ini berlangsung selama tiga hari sampai 1 Desember. Beberapa permainan anak ditampilkan dalam festival tersebut seperti, wayang angkrek, othok-othok, dan kitiran. Tidak hanya itu namun juga memainkan dolanan bocah, seperti cublak-cublak suweng, sluku bathok dan jamuran.
Wahyudi mengatakan dibukanya festival dolanan anak tersebut dalam rangka pelestarian nilai tradisi yang berada pada permainan anak, sekaligus ekperimen untuk mewujudkan wisata budaya, edukasi yang berguna bagi masyarakat.
“Saya berharap kampung dolanan anak ini bisa mewujudkan rumah bagi anak-anak, lingkungan, dan tentu ramah difabel,” katanya.
Festival dolanan anak ini berlangsung selama tiga hari sampai 1 Desember. Beberapa permainan anak ditampilkan dalam festival tersebut seperti, wayang angkrek, othok-othok, dan kitiran. Tidak hanya itu namun juga memainkan dolanan bocah, seperti cublak-cublak suweng, sluku bathok dan jamuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar