Sekilas
kalau kita lihat gambar-gambar dibawah kayak penari biasa, eitss tapi
jangan salah lurr… Mereka bukan sembarang menari, ada ritual & makna
didalam penyajiannya, namanya Kesenian Ledhek. Kesenian Ledhek (tayub)
merupakan tari berpasangan yang diwujudkan melalui ekspresi hubungan
romantis antara wanita (penari Ledhek) dengan Pria (Pengibing). Ledhek (tayub) yang sudah ada sejak zaman pra Hindhu masih
berfungsi sebagai sarana ritual di lingkungan pedesaan Jawa khususnya,
terutama berfungsi untuk kesuburan tanah pertanian. Oleh karena itu,
penyajian Ledhek dipercaya memuat kekuatan magis berkaitan keperluan kesuburan pertanian.
Selain itu, menurut cerita warga setempat apabila seorang yang sedang
berkeinginan dan bernadzar untuk menanggap Ledhek maka konon keinginan
orang tersebut dapat benar-benar terwujud. Woww…
Kesenian
Ledhek biasanya dilaksanakan pada hari Senin Pahing setiap selesai
Upacara Bersih Sumber, seperti yang ada di Dusun Gunungbang, Bejiharjo,
Karangmojo. Sebelum memulai tarian, terlebih dahulu sang pemangku adat
melaksanakan ritul berupa doa-doa di depan sumber agar tarian berjalan
lancar dan untuk memohon nikmat kesehatan. Bagi pengunjung yang membawa
anak kecil dan meminta sang penari mencium anak tersebut atau
mengusapkan selendangnya ke wajah si anak, konon dipercaya dapat
mencegah agar si anak tidak terkena sawan dan terhindar dari malapetaka.
Oke, itu tadi sedikit cerita seputar Kesenian Ledhek khas Gunungkidul, semoga bermanfaat
Salam Budaya!
Salam Budaya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar