Rabu, 25 Desember 2013

KESENIAN LEDHEK, BUKTI EKSISTENSI TRADISI

544133_631728830175910_932749542_n
 
Sekilas kalau kita lihat gambar-gambar dibawah kayak penari biasa, eitss tapi jangan salah lurr… Mereka bukan sembarang menari, ada ritual & makna didalam penyajiannya, namanya Kesenian Ledhek. Kesenian Ledhek (tayub)  merupakan tari  berpasangan yang diwujudkan melalui ekspresi hubungan romantis antara wanita (penari Ledhek) dengan Pria (Pengibing).  Ledhek (tayub) yang sudah ada sejak zaman pra Hindhu masih berfungsi sebagai sarana ritual di lingkungan pedesaan Jawa khususnya, terutama berfungsi untuk kesuburan tanah pertanian. Oleh karena itu, penyajian Ledhek dipercaya memuat kekuatan magis berkaitan keperluan kesuburan pertanian. Selain itu, menurut cerita warga setempat apabila seorang yang sedang berkeinginan dan bernadzar untuk menanggap Ledhek maka  konon keinginan orang tersebut dapat benar-benar terwujud. Woww…


Kesenian Ledhek biasanya dilaksanakan pada hari Senin Pahing setiap selesai Upacara Bersih Sumber, seperti yang ada di Dusun Gunungbang, Bejiharjo, Karangmojo. Sebelum memulai tarian, terlebih dahulu sang pemangku adat melaksanakan ritul berupa doa-doa di depan sumber agar tarian berjalan lancar dan untuk memohon nikmat kesehatan. Bagi pengunjung yang membawa anak kecil dan meminta sang penari mencium anak tersebut atau mengusapkan selendangnya ke wajah si anak, konon dipercaya dapat mencegah agar si anak tidak terkena sawan dan terhindar dari malapetaka.
Oke, itu tadi sedikit cerita seputar Kesenian Ledhek khas Gunungkidul, semoga bermanfaat
Salam Budaya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar